JAKARTA(SI) – Pemerintah menetapkan awal Ramadan 1431 Hijriah jatuh pada Rabu (11/8). Keputusan ini diambil melalui sidang isbat (penetapan) awal Ramadan di kantor Kementerian Agama tadi malam.
“Dengan ini perkenankan kami untuk menetapkan bahwa tanggal 1 Ramadan 1431 Hijriah jatuh pada Rabu, 11 Agustus,” kata Menteri Agama Suryadharma Ali saat membacakan hasil sidang isbat awal Ramadan di Jakarta, tadi malam. Penetapan awal Ramadan 1431 H ini dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri Agama No 94 Tahun 2010 yang ditandatangani 10 Agustus 2010. Sidang isbat dipimpin langsung Menteri Agama Suryadharma Ali dan dihadiri Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma’ruf Amin, Dirjen Badan Peradilan Agama MahkamahAgung Wahyu Widiana, Sekjen Kementerian Agama (Kemenag) Bahrul Hayat, Dirjen Bimas Islam Nasaruddin Umar, pimpinan ormas-ormas Islam, perwakilan negara sahabat, dan anggota Badan Hisab dan Rukyat Kemenag.
Sebelum keputusan ditetapkan secara resmi, Menteri Agama membuka dialog dengan para peserta sidang. Sejumlah peserta seperti dari Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU),dan Jamaah Al Wasliyah menyampaikan komentarnya namun tak satu pun dari mereka yang menolak hasil pengamatan hilal tersebut. Menurut Suryadharma, keputusan ini diambil setelah tim rukyat melihat hilal di empat lokasi. Dari hasil rukyatulhilal (pengamatan awal bulan),ada empat lokasi yang menyatakan melihat hilal yaitu di Giliketapang, Probolinggo; Bukit Condrodipo, Gresik, Jawa Timur; Bengkulu; dan Cilincing,Jakarta.
Ketua Badan Hisab dan Rukyat Kemenag Rohadi Abdul Fatah mengatakan, berdasarkan hasil hisab yang dihimpun oleh lembaganya dari berbagai sumber menyatakan, ijtimak menjelang Ramadan 1431 H jatuh pada Selasa (10/8) bertepatan dengan 29 Syakban sekitar pukul 10.09 WIB. “Ijtimak jatuh Selasa pukul 10.09. Maka Ramadan jatuh Rabu, 11 Agustus 2010,” kata Rohadi yang juga menjabat Direktur Urusan Agama Islam Kemenag. Menurut Rohadi,berdasarkan pengamatan dari 10 tempat di Indonesia, hilal terlihat di empat tempat. Menurut dia, para saksi yang telah melihat adanya hilal itu sudah melalui sumpah.
Pada kesempatan tersebut,muncul wacana untuk menyatukan kriteria cara hisab dan rukyat agar ke depannya tidak ada lagi perbedaan awal puasa maupun hari raya Idul Fitri. Suryadharma mengungkapkan, ada kemajuan pada penetapan sidang isbat 2010. Di mana ada keinginan untuk menyatukan kriteria cara melakukan hisab dan rukyat. Dengan penyatuan tersebut, menurut Suryadharma, diharapkan dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan adanya perbedaan dalam penetapan awal puasa maupun Idul Fitri pada tahun-tahun berikutnya.“Sehingga,ada kesatuan kriteria agar tidak lagi perbedaan,” katanya.
Sementara itu, perhitungan hisab yang telah dilakukan,berbagai wilayah di Indonesia menunjukkan garis ijtimak (konjungsi antara bumi-bulan-matahari) yang telah mencapai 2 derajat. Sebab, adapun yang menjadi perhitungan penentuan tanggal 1 Ramadan secara hisab adalah tinggi ijtimak minimal 2 derajat.Begitu juga jarak bulan dengan matahari yang mencapai 3 derajat dan lama hilal 8 jam dari waktu ditentukannya ijtimak. Dengan begitu,dua ormas Islam besar di Indonesia yakni NU dan Muhammadiyah tidak ada perbedaan dalam penetapan awal Ramadan tahun ini.
Peneliti dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin,mengatakan, sulit untuk dapat melihat hilal dalam ketinggian bulan kurang dari 3 derajat.”Meskipun secara keilmuan sulit untuk diterima karena susah untuk dapat dilihat,tapi secara syariah bisa sah,”ujarnya. Pada kesempatan tersebut Thomas juga mengungkapkan adanya sejumlah ormas Islam yang sering berbeda pendapat mengenai tanggal jatuhnya Idul Fitri.Namun, pada tahun ini Lebaran diperkirakan akan jatuh pada tanggal yang sama yaitu 10 September 2010.
”Satu Syawal insya Allah akan sama karena semua kriteria punya hasil yang sama, jatuh pada 10 September. Pada 8 September bulan masih di bawah ufuk sehingga semua kriteria belum masuk awal Syawal,” kata Thomas. (nurul huda /Sindo)
Rabu, 11 Agustus 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar